Apakah ada bahasa yang abadi?

Kata abadi bisa berarti “kekal,” bisa juga berarti “tidak berkesudahan.” Sementara itu, kekal bisa berarti “tetap (tidak berubah, tidak bergeser, dan sebagainya) selama-lamanya,” bisa juga lestari “tetap seperti keadaannya semula.” Jadi, saya melihat maksud bahasa yang abadi pada pertanyaan ini ada dua:
  1. Bahasa yang terus berlangsung, tidak berkesudahan;
  2. Bahasa yang tetap, tidak berubah, seperti keadaannya semula.



Tidak ada bahasa yang akan terus berlangsung atau tidak berkesudahan.


Bahasa adalah bagian dari manusia yang hidup di Bumi. Sementara itu, dihipotesiskan tiga setengah miliar tahun lagi semua kehidupan di Bumi akan musnah karena permukaan bumi meleleh akibat peningkatan luminositas matahari sebesar 10% per miliar tahun.[1]
Bagaimana jika manusia mampu mengembangkan teknologi yang memungkinkan untuk membangun struktur di atas permukaan bumi yang meleleh?
Meskipun manusia dapat melakukannya, dihipotesiskan pula bahwa 3,5 miliar tahun setelah itu matahari memasuki fase raksasa merah sehingga Bumi akan tertelan dan menjadi bagian dari matahari.[2]
Bagaimana jika pada waktu itu manusia sudah dapat berpergian ke planet lain, atau bahkan galaksi lain?
Secara teori, manusia hanya dapat berpergian hingga ujung Grup Lokal. Kalaupun manusia dapat keluar dari Grup Lokal, manusia hanya akan menemukan kegelapan.[3][4] Di samping itu, dihipotesiskan bahwa pada 1 desiliun (angka 1 dengan tiga puluh tiga digit angka 0) tahun yang akan datang, semua proton pembentuk atom di alam semesta akan meluruh.[5] Tidak ada atom berarti tidak ada materi (ordinary matter). Tidak ada materi berarti tidak ada wujud fisik manusia.
Bahasa adalah bagian dari alam semesta. Bahasa lisan terwujud dalam bentuk bunyi yang merambat melalui medium zat cair, padat, dan gas. Bahasa tulis berwujud visual. Mata manusia dapat melihatnya dengan memvisualisasikan spektrum cahaya yang dipantulkan tulisan tersebut. Semua hal yang mendukung keberadaan bahasa merupakan materi di alam semesta. Ketika semua proton pembentuk atom penyusun materi yang ada di alam semesta meluruh, bahasa pun akan hilang.

Tidak ada bahasa yang tetap seperti keadaannya semula.

Ada dua bagian dari bahasa yang perlu diperhatikan, yaitu komponen bahasa dan nama bahasa tersebut. Selama manusia masih menggunakan bahasa, komponen bahasa akan selalu mengalami perubahan (Ottenheimer, 2006:214)[6]yang bersifat sporadis maupun sistematis (Millward & Hayes, 2011:8–9).[7]Penyebabnya dapat berupa faktor sosiolinguistis (faktor sosial di luar bahasa) dan faktor psikolinguistis (faktor dalam bahasa dan dalam diri penutur bahasa itu sendiri) (Aitchison, 2001:134).[8] Bahasa-bahasa yang ada sekarang memang diperkirakan berkembang dari satu bahasa pertama manusia (atau pendapat lain: banyak bahasa) yang tidak diketahui jelas seperti apa strukturnya, tetapi perkembangan tersebut sudah sangat luas sehingga tidak dapat lagi dianggap bahasa yang sama.
Mungkin hanya nama bahasa yang secara teori dapat bertahan seperti keadaannya semula meskipun komponen bahasanya telah berubah. Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau pada abad ke-19. Nama bahasa Indonesia sendiri baru digunakan secara resmi saat peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.[9] Sejak itu, penggunaan bahasa Indonesia telah berubah, terutama pada leksikon dan ortografi. Namun, nama bahasa Indonesia tidak berubah dan tampaknya tidak akan pernah berubah selama negara Republik Indonesia masih berdiri.
Setelah itu, permasalahannya adalah nama bahasa biasanya mengikuti perubahan kepentingan penutur bahasa tersebut. Ketika satu bahasa yang sama berkembang sampai pada titik ketika tidak ada kesalingpahaman antarpenuturnya, bahasa tersebut berpecah menjadi beberapa bahasa yang tentunya akan diberi nama yang berbeda pula. Belum lagi ketika dibumbui pergolakan sosiopolitik. Politik dapat menyebabkan satu bahasa yang sama memiliki nama yang berbeda. Hal semacam ini lumrah terjadi di seluruh dunia. Misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, bahasa Hindi-Urdu, bahasa Swedia-Denmark-Norwegia, dan bahasa Serbia-Kroasia.[10]
Dengan demikian, baik komponen bahasa maupun nama bahasa tidak ada yang bersifat abadi. Semuanya berubah dan perubahan itu disebabkan oleh faktor dari luar bahasa, dalam bahasa, dan dalam diri penutur bahasa itu sendiri.

No comments: